Tuesday 21 June 2016

Meneladani Kisah Seorang Pedagang Yang Jujur


    Suatu hari, seorang saudagar perhiasan pada zaman yunus ibn ubaid, menyuruh saudaranya menjaga tokonya karena di akan shalat. Ketika itu, datanglah seorang arab badui yang hendak membeli perhiasan di toko itu. Maka terjadilah transaksi jual beli antara badui dan penjaga kedai yang di amanahkan tuannya tadi.
    Satu barang perhiasan permata yang hendak di beli harga nya 400 Dirham. Saudara yunus menunjukkan suatu barang yang sebenarnya berharga 200 Dirham. Barang tersebut langsung di beli oleh badui tanpa diminta mengurangkan harganya. Di tengah jalan, dia berjumpa dengan yunus ibn ubaid. Lalu yunus ibn ubaid bertanya kepada si badui yang membawa perhiasan yang di beli di tokonya tadi. Dia mengenali barang tersebut adalh dari tokonya. Saudagar yunus bertanya kepada badui itu, “Berapakah harga barang itu kamu beli ?” Badui menjawab, 400 Dirham.”
    “Tetapi sebenarnya harga perhiasan itu hanya 200 Dirham. Mari kita ke toko saya, supaya saya mengembalikan uang kelebihannya kepada saudara.” Kata saudagar yunus lagi.
Biarlah, tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang 400 Dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah adalah 500 Dirham.”
Tetapi saudagar yunus itu tidak mau melepaskan badui itu pergi. Di desaknya juga agar badui tersebut balik ke tokonya. Setelah badui itu pergi, berkatalah saudagar yunus kepada saudaranya, “ Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat ?”
   “Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 Dirham,” saudaranya mencoba mempertahankan bahwa dia di pihak yang benar.
     Kata saudagar yunus lagi, “Ya, tetapi di pundak kita memikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan diri kita sendiri. Artinya walaupun si badui tersebut membelinya dan tidak meminta kurang pada barang tersebut dan pada kenyataannya harga barang tersebut tidak sampai segitu, kita sesama saudara harus saling jujur dan memperlakukannya dengan baik.

Dari kisah  ini dapat kita jadikan teladan bagi para pedagang-pedagang, pengusaha kita yang beriman. Kisah ini menunjukkan kisah pribadi yang seorang pedagang yang jujur dan amanah dalam mencari rezeki yang halal. Semua kegiatan perdagangan berjalan dengan baik dan aman bila tidak ada unsur penipuan dalam perniagaan.

Dalam hal ini Rasulullah Saw. Bersabda, “ sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, 
yang melepas, dan member rizki. Sesungguhnya aku harap bertemu Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi (menipu) jiwa atau harga.

0 comments:

Post a Comment