
Ibrahim
Ibn Adham Adalah Sufi Yang Jujur
Ibrahim
ibn Adham pernah menjadi penjaga kebun milik orang kaya. Dia menjaga kebun
tersebut dengan terus memperbanyak shalat. Suatu hari, pemilik kebun meminta di
petikkan buah delima. Ibrahim mengambil dan memberikannya kepada pemiliknya.
Akan tetapi, pemilik kebun malah memarahinya. Dia tersinggung karena diberikan
buah delima yang asam rasanya.
“Apakah
kau tak bisa membedakan buah delima yang manis dan yang asam ?” Teriak si
pemilik kebun.
“Saya
belum pernah merasakannya tuan!” Jawab Ibrahim ibn adham.
Mendengar
pengakuan Ibrahim ibn adham seperti itu, si pemilik kebun tidak percaya. Bahkan
si pemilik kebun menuduh Ibrahim ibn Adham berdusta. Ibrahim ibn adham lantas
shalat di kebun itu. Pemilik kebun menuduhnya telah berbuat riya dengan
shalatnya.
“Aku belum pernah orang yang lebih
riya disbanding engkau!” Tutur si pemilik kebun.
“Betul tuanku!” jawab Ibrahim ibn
adham, “ini baru dosaku yang terlihat. Yang tidak, jauh lebih banyak lagi.”
Di hari lain,
sang majikan kembali meminta buah delima. Kali ini Ibrahim member yang terbaik
menurut pengetahuannya. Tetapi lagi-lagi pemilik kebun kecewa karena buah yang
di terima asam rasanya. Dia pun memecat Ibrahim ibn adham, sufi besar itu pun
pergi. Di perjalanan, dia menjumpai seorang pria yang sekarat karena kelaparan,
Ibrahim pun memberinya buah delima yang tadi di tolak majikannya.
Ibrahim ibn adham lantas berjumpa
lagi dengan pemilik kebun yang berniat membayar upahnya. Ibrahim ibn adham
berkata agar dipotong dengan buah delima yang dia berikan kepada orang sekarat
yang dia jumpai tadi.
“Apa engkau tidak mencuri selain
itu?” Tanya pemilik kebun
“Demi Allah, jika orang itu tidak
sekarat, aku akan mengembalikan buah delimamu tuan!”jawab Ibrahim ibn adham
Setelah upahnya
dibayar, Ibrahim ibn adham pun lantas pergi.
Pemilik kebun, setahun kemudian
mendapat tukang kebun baru. Dia kembali meminta buah delima. Tukang kebun baru
itu memberikan buah yang paling harum dan manis. Pemilik kebun itu bercerita
bahwa dia pernah memiliki tukang kebun yang paling dusta karena mengaku tak
pernah mencicipi buah delima milik saya, dan dia memberi buah delima kepada
orang yang kelaparan, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan
kepada orang yang kelaparan itu.
“Dia juga selalu shalat. Betapa
dustanya dia,” kata pemilik kebun.
“Demi Allah, wahai majikanku,” sahut
si tukang kebun yang baru, akulah orang yang kelaparan itu, dan ketahuilah
bahwa tukang kebun yang engkau ceritakan itu dahulunya adalah seorang raja yang
lantas meninggalkan singgasananya karena zuhud.”
Mendengar perkataan dari situkang
kebun barunya itu, si pemilik kebun pun merasa bersalah dan menyesal karena
dirinya telah mengusir Ibrahim ibn adham yang tak lain adalah seorang raja.
Pemilik kebun itu lantas mengambil debu dan menaburkannyadi atas kepalanya
sendiri seraya menyesali perbuatannya itu.
“Celakalah aku karena telah
menyia-nyiakan kekayaan yang tak pernah aku temui.”
Sifat jujur
Ibrahim ibn adham memang ibarat kekayaan yang sulit dapat kita temukan dalam
diri seseorang.
Sebagai kesimpulan, marilah sama
sama kita bercermin pada kisah Ibrahim ibn adham seorang sufi yang jujur yang
tidak pernah memakan delima tuannya karena takutnya akan korupsi (mencuri)
sebelum diizinkan oleh pemiliknya bahkan ia di tuduh oleh pemilik kebunnya
karena kejujurannya yang di anggap omong kosong oleh pemilik kebunnya dan
bahkan dia rela meninggalkan singgasananya karena ia ingin zuhud. Maka dari itu
kita generasi penerus bangsa calon pemimpin islam maupun dunia harus menanamkan
yang namanya sifat jujur dalam diri.
0 comments:
Post a Comment